PENGABDIAN MEDIS plus MISI DAKWAH PARA DOKTER MUSLIM
Di tengah prestisenya profesi seorang dokter konvensional, para “dokter” Tibun Nabawi (pengobatan
ala Nabi) ini tidak segan-segan menanggalkan kenikmatan profesi dokter konvensional itu, untuk
sebuah tujuan yang lebih besar: sunnah Rasulullah Saw. Ikuti kisah menarik 3 “dokter” ini.
Dokter Zaidul Akbar, Dokter Herbalis
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip)
Semarang tahun 2003 ini terjun di dunia Tibun Nabawi (pengobatan
ala Nabi) sejak tiga tahun terakhir. Ketertarikannya pada TibunNabawi
dimulai ketika ia banyak membaca
hadis-hadis Nabi berkaitan dengan kesehatan dan pengobatan
penyakit pada masa Nabi dan para sahabat.
Tak heran, meski sudah beberapa kali membuka praktik di berbagai
klinik kesehatan dan rumah sakit konvensional, ketertarikan Zaidul
terhadap Tibun Nabawi tetap kuat. Salah satu alasannya, karena dalam
Tibun Nabawi selalu ada tiga konsep dasar, yaitu alamiah, ilahiah dan wathaniah.
Konsep alamiah artinya setiap bahan yang digunakan untuk pengobatan memakai bahan-bahan alami
yang tidak berbahaya bagi tubuh. Konsep ilahiah artinya konsep pengobatan Tibun Nabawi selalu
berdasarkan al-Qur’an dan Hadis. Sedangkan wathaniah artinya selalu mengoptimalkan bahan dari
daerah-daerah tertentu sebagaimana Allah menciptakan beraneka ragam tumbuhan di dunia dengan
khasiat yang berbeda-beda.
Setelah menggeluti dunia Tibun Nabawi, Zaidul merasakan kepuasan tersendiri. Selain bisa menolong
orang lain, ia juga bangga bisa menjadi murid Rasulullah—dokter terbaik umat Islam. “Rasa bangga
ini berdampak pada bidang finansial dengan mendapatkan penghasilan yang tidak hanya untuk pribadi,
tapi untuk berjuang di jalan Allah,” tandasnya.
Sebagai dokter yang memegang etika kedokteran, rasa bersalah selalu menyelimuti dirinya ketika
memberikan solusi kesehatan yang tidak pasti plus biaya obat yang tidak kecil. Nah, Tibun Nabawi
menawarkan alternatif pengobatan yang tak hanya dilakukan melalui terapi obat, tapi juga melalui terapi
spiritual, seperti membaca ayat Al-Qur’an, zikir dan praktik-praktik spiritual lainnya. “Inilah kelebihan Tibun
Nabawi,” ujar Zaidul.
Secara proses, Tibun Nabawi menangani pasien sebagaimana penanganan yang diberikan pada ilmu
kedokteran pada umumnya, yaitu wawancara, diagnosa tubuh dan terapi pengobatan. Beberapa terapi
pengobatan bisa menjadi pilihan di antaranya, terapi obat, bekam, akupunktur, refleksi, urut, pijat dan
pembetulan tulang belakang, sesuai penyakit yang diderita.
Kelebihannya, setiap pasien akan ditangani oleh dokter yang sesuai dengan jenis kelaminnya masing-
masing sehingga bisa dilakukan pengobatan yang maksimal. Karena itu, Zaidul mengajak para praktisi
kesehatan yang sudah lama berkecimpung di dunia medis untuk mendalami Tibun Nabawi. Pasalnya,
dalam Tibun Nabawi terdapat banyak keajaiban dan kedahsyatan yang tidak bisa ditemukan dalam dunia
kedokteran umum.
“Saya akan teruskan pengobatan seperti ini, karena dalam pengobatan Tibun Nabawi ini antara
perjuangan, pengobatan, ekonomi dan dakwah, semua berjalan beriringan,” tegas Dokter Zaidul Akbar.
***
Dokter Agus Rahmadi, Direktur Klinik Sehat
Ketika masih praktik sebagai dokter umum, Dokter Agus Rahmadi s
elalu memberi resep kepada pasiennya dengan obat-obatan berbahan
baku kimia. Ini tentu hal yang wajar sebagai dokter. Masalahnya, ternyata
tak sedikit dari resep obat-obatan itu yang ia ketahui mengandung
alkohol dan terbuat dari babi, plasenta bayi dan unsur-unsur lainnya
yang tidak halal.
Padahal, sebagian besar pasien yang ia beri resep tersebut adalah
umat Islam. “Bisa jadi, saya nanti menjadi orang yang rugi di akhirat,
” jelas Dokter Agus. Dalam sebuah hadis dijelaskan, setiap orang yang mengonsumsi alkohol meski sedikit
tetap haram dan amal ibadahnya tak diterima selama 40 hari.
Hal lain yang membuat Agus semakin terpanggil untuk mengembangkan pengobatan Islami adalah banyaknya
praktik pengobatan berbau klenik dan mistis yang jauh dari yang pernah dicontohkan oleh Nabi. “Belajar Tibun
Nabawi adalah mempelajari cara hidup (sunnah) Nabi,” ujarnya.
Contoh sederhana sunnah Rasul adalah tidur miring ke kanan. Setelah diteliti secara medis, ternyata hal
itu bisa mencegah pikun, migran dan beberapa penyakit lain. Senyuman seperti yang dianjurkan Nabi juga
bisa mencegah hipertensi, jantung dan stroke. Begitu juga cara makan Nabi yang mengangkat kaki kanannya
ternyata bisa mencegah penyakit esalfagitis dan deskritis.
Belum lagi terapi puasa, shalat tahajjud, wudhu dan gerakan-gerakan shalat, juga mengandung hal
yang positif untuk kesehatan. “Artinya, untuk hidup sehat tidak perlu pendapat dokter atau profesor, karena
dengan menjalankan sunnah-sunnah Rasul kita akan hidup sehat,” ujarnya.
Setelah banyak mengungkap ilmu Tibun Nabawi, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip)
Semarang ini mulai yakin bahwa pengobatan Tibun Nabawi ini adalah solusi tepat bagi kesehatan umat Islam.
Pada tahun 2007, ia mulai meninggalkan praktik pengobatan berbahan kimia dan beralih ke pengobatan
Tibun Nabawi dengan mendirikan Klinik Sehat di Swadarma, Jakarta Selatan.
Ada beberapa langkah pengobatan yang biasa dilakukan Dokter Agus.
Pertama,
menangani sikap tauhid pasien agar meyakini bahwa yang memberi penyakit dan menyembuhkannya
adalah Allah Swt., bukan obat atau dokter.
Kedua,
menanamkan keikhlasan kepada pasien bahwa sakit adalah proses diangkatnya dosa-dosa yang pernah
diperbuat. Ketiga,
melaksanakan sunnah Rasul ketika menjenguk orang sakit dengan memegang bagian yang sakit dan
mengucapkan doa kesembuhan untuknya.
Tahap pengobatan pasien dilakukan dengan menangani akidah, membenahi akhlak, menghidupkan sunnah,
terapi jus dan pengobatan herbal. “Jika ada penyakit yang harus ditangani dengan obat kimia, usahakan
menggunakan obat yang tidak haram,” ujarnya.
Sejak 2007 hingga sekarang, sudah dibangun 2 rumah sakit, 15 klinik sehat dan puluhan Rumah Terapi
Sehat (RTS) di seluruh Indonesia. Animo masyarakat terhadap layanan kesehatan berbasis Tibun Nabawi
cukup tinggi. Pasiennya datang dari berbagai level pendidikan dan strata sosial.
Hadirnya pengobatan Tibun Nabawi ini diharapkan bisa menjadi solusi masyarakat untuk mendapatkan
layanan kesehatan yang Islami. Karena pada dasarnya pengobatan kimia hanya dikembangkan oleh kalangan
Yahudi dan Nasrani untuk kepentingan mereka.
Tantangan sudah pasti banyak yang menghadang di antaranya banyak dicerca tentang keilmiahan obat-obat herbal.
Untuk mengatasi hal ini, Dokter Agus mengumpulkan berbagai macam data yang relevan atas pengobatan Tibun
Nabawi. Dari sana ia membuktikan data yang bisa diterima masyarakat.
***
Dokter Ali Thoha, Klinik Sehat Afiat
Pada mulanya Ali Thaha lebih tertarik menjadi mahasiswa Fakultas
Teknik ketimbang Fakultas Kedokteran. Tapi karena menuruti saran
orang tuanya, ia pun masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro (Undip) tahun 1979. “Kamu nanti tak hanya untung di dunia
tapi juga di akhirat,”
pesan sang ibu kala itu.
Namun begitu, sebagai anak yang ingin berbakti kepada orangtuanya, Ali tetap optimis menatap masa
depannya sebagai dokter. Dalam hati ia sudah berjanji akan menggunakan ilmu kedokterannya untuk
menolong orang lain sebisa mungkin.
Setelah lulus kuliah, pria kelahiran Solo, 10 November 1959 ini mengikuti pengabdian di sebuah daerah
terpencil di Longkiran, Kalimantan Timur. Wilayah Kalimantan Timur memang bukan medan yang mudah
ditaklukkan. Untuk mencapai lokasinya, Dokter Ali harus berjuang menaklukkan luasnya samudra menggunakan
perahu kecil selama sehari semalam.
Selama menjalani pengabdian di Longkiran, siang-malam Dokter Ali merawat banyak pasien dengan berbagai
macam penyakit. Ia mengaku banyak belajar dari proses pengabdiannya. Dan yang paling penting, ia
menemukan beberapa kasus penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan cara medis.
Hal ini hampir membuat dirinya depresi, karena sebelum itu, ia termasuk orang yang sangat yakin bahwa
segala penyakit bisa ditangani secara medis.
Dari situ, pemilik nama lengkap Muhammad Ali Thaha Assegaf ini semakin memahami bahwa jalan untuk mencari kesembuhan itu tak hanya dari satu pintu (medis dan obat kimia) melainkan dari beberapa pintu baik melalui obat
tradisional atau obat alami. “Saya mulai sadar, kesembuhan itu tidak datang dari obat atau manusia, tapi dari Allah,
” ujar penemu Formula Propoten ini.
Sejak itu, pada tahun 1993, Dokter Ali mulai melirik metode pengobatan lain seperti pengobatan tradisional,
akupunktur dan Tibun Nabawi. Ali pun mulai belajar akupunktur untuk menangani berbagai macam penyakit
saraf seperti nyeri dan
stroke. Ia juga belajar pengobatan tradisional yang lebih banyak memanfaatkan tanaman obat seperti jahe,
temu lawak dan lain-lain. Tak ketinggalan, ia juga belajar Tibun Nabawi dari Kitab Tibun Nabawi karangan
Ibnu Qoyim al-Jauzi dan beberapa referensi lainnya.
Setelah beberapa tahun menyerap ilmu Tibun Nabawi, pendiri Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Pengembangan Kesehatan Islam (LP3KI) Jakarta ini mulai mempraktikkan metode Tibun Nabawi pada dirinya. Sebagai contoh,
ketika merasakan radang tenggorokan saat bulan puasa, ia tidak lagi minum obat anti biotik namun minum
ramuan alami yang terbuat dari wedang jahe.
Menurut Dokter Ali, obat alami ini lebih cepat bereaksi untuk menyembuhkan radang tenggorokan dan berbagai
penyakit lain. Bahkan ia juga mulai mengatur pola makan dan memperbaiki cara wudhunya sebagaimana
diajarkan oleh Rasulullah Saw. Di balik syariat Islam tersebut ternyata terkandung hikmah kesehatan yang luar
biasanya bagi tubuh manusia.
Dalam ritual wudhu misalnya, ternyata ada beberapa gerakan memijat tubuh yang berpengaruh pada
peningkatan kesehatan tubuh. Jika dikaitkan dengan ilmu Tibun Nabawi dan akupunktur: muka, tangan,
kepala, telinga, dan kaki memiliki titik-titik refleksi yang akan berpengaruh pada kesehatan. “Cara sederhana
yang bisa dilakukan adalah berwudhu secara khusyu’, memijat semua bagian yang harus dibasuh air dengan
pelan dan teliti,” jelasnya.
Ada tiga hal yang disarankan Dokter Ali untuk mulai hidup sehat.
Pertama,
berwudhu dengan sungguh-sungguh, yaitu memijat setiap bagian yang akan dibasuh air.
Kedua,
memperbaiki konsumsi air setiap hari, yaitu 30 cc per kilogram berat badan per hari. “Jika berat badannya 80 kg,
dikalikan 30, maka air yang diminum 2.400 cc atau sekitar 10 gelas,” ujarnya.
Ketiga,
dengan shalat khusyu’ tuma’ninah (tidak tergesa-gesa) karena beberapa gerakan dalam shalat terbukti memiliki
pengaruh tersendiri bagi kesehatan manusia. “Asalkan tidak melaksanakan shalat dengan tergesa-gesa hal ini
menjadi manfaat meditasi yang luar biasa bagi kesehatan tubuh,” ujarnya.
Setelah banyak tahu tentang Tibun Nabawi, Dokter Ali pun melangkah lebih jauh dengan meramu beberapa
obat herbal memanfaatkan kekayaan alam di Indonesia. Dengan dasar ilmu kedokteran yang dimiliki, ia nyaris
tidak mengalami kesulitan untuk mengembangkannya.
“Saya mengambil referensi tanaman obat kemudian menggabungkannya dan mengorelasikan antara khasiat
obat herbal dengan ilmu kedokteran,” ujarnya.
Akhirnya, setelah mantap mengombinasikan pengobatan alami, akupunktur dan Tibun Nabawi dengan ilmu
kedokteran, maka pada tahun 2005 Dokter Ali mendirikan Klinik Sehat Afiat di Cinere dan Ciputat, serta
mengawasi dua klinik herbal di
Serpong dan Pondok Kopi.
Menurut penulis buku 365 Tips Sehat Ala Rasulullah (2010) ini, animo masyarakat untuk menggunakan
pengobatan Tibun
Nabawi semakin besar, dari kalangan atas sampai bawah. Untuk itu, ia mengimbau kepada praktisi
Tibun Nabawi agar sama-sama menjaga metode pengobatan Nabi dengan menerapkan disiplin ilmu yang utuh.
Di sisi lain, dukungan pemerintah juga sangat diperlukan untuk mengembangkan pengobatan Islami dan alami
sehingga menjadi salah satu solusi pengobatan masyarakat.
Sumber: El-Iman International
ala Nabi) ini tidak segan-segan menanggalkan kenikmatan profesi dokter konvensional itu, untuk
sebuah tujuan yang lebih besar: sunnah Rasulullah Saw. Ikuti kisah menarik 3 “dokter” ini.
ala Nabi) sejak tiga tahun terakhir. Ketertarikannya pada TibunNabawi
dimulai ketika ia banyak membaca
hadis-hadis Nabi berkaitan dengan kesehatan dan pengobatan
penyakit pada masa Nabi dan para sahabat.
Tak heran, meski sudah beberapa kali membuka praktik di berbagai
klinik kesehatan dan rumah sakit konvensional, ketertarikan Zaidul
terhadap Tibun Nabawi tetap kuat. Salah satu alasannya, karena dalam Tibun Nabawi selalu ada tiga konsep dasar, yaitu alamiah, ilahiah dan wathaniah.
yang tidak berbahaya bagi tubuh. Konsep ilahiah artinya konsep pengobatan Tibun Nabawi selalu
berdasarkan al-Qur’an dan Hadis. Sedangkan wathaniah artinya selalu mengoptimalkan bahan dari
daerah-daerah tertentu sebagaimana Allah menciptakan beraneka ragam tumbuhan di dunia dengan
khasiat yang berbeda-beda.
orang lain, ia juga bangga bisa menjadi murid Rasulullah—dokter terbaik umat Islam. “Rasa bangga
ini berdampak pada bidang finansial dengan mendapatkan penghasilan yang tidak hanya untuk pribadi,
tapi untuk berjuang di jalan Allah,” tandasnya.
memberikan solusi kesehatan yang tidak pasti plus biaya obat yang tidak kecil. Nah, Tibun Nabawi
menawarkan alternatif pengobatan yang tak hanya dilakukan melalui terapi obat, tapi juga melalui terapi
spiritual, seperti membaca ayat Al-Qur’an, zikir dan praktik-praktik spiritual lainnya. “Inilah kelebihan Tibun
Nabawi,” ujar Zaidul.
kedokteran pada umumnya, yaitu wawancara, diagnosa tubuh dan terapi pengobatan. Beberapa terapi
pengobatan bisa menjadi pilihan di antaranya, terapi obat, bekam, akupunktur, refleksi, urut, pijat dan
pembetulan tulang belakang, sesuai penyakit yang diderita.
masing sehingga bisa dilakukan pengobatan yang maksimal. Karena itu, Zaidul mengajak para praktisi
kesehatan yang sudah lama berkecimpung di dunia medis untuk mendalami Tibun Nabawi. Pasalnya,
dalam Tibun Nabawi terdapat banyak keajaiban dan kedahsyatan yang tidak bisa ditemukan dalam dunia
kedokteran umum.
perjuangan, pengobatan, ekonomi dan dakwah, semua berjalan beriringan,” tegas Dokter Zaidul Akbar.
elalu memberi resep kepada pasiennya dengan obat-obatan berbahan
baku kimia. Ini tentu hal yang wajar sebagai dokter. Masalahnya, ternyata
tak sedikit dari resep obat-obatan itu yang ia ketahui mengandung
alkohol dan terbuat dari babi, plasenta bayi dan unsur-unsur lainnya
yang tidak halal.
umat Islam. “Bisa jadi, saya nanti menjadi orang yang rugi di akhirat,
” jelas Dokter Agus. Dalam sebuah hadis dijelaskan, setiap orang yang mengonsumsi alkohol meski sedikit
tetap haram dan amal ibadahnya tak diterima selama 40 hari.
praktik pengobatan berbau klenik dan mistis yang jauh dari yang pernah dicontohkan oleh Nabi. “Belajar Tibun
Nabawi adalah mempelajari cara hidup (sunnah) Nabi,” ujarnya.
itu bisa mencegah pikun, migran dan beberapa penyakit lain. Senyuman seperti yang dianjurkan Nabi juga
bisa mencegah hipertensi, jantung dan stroke. Begitu juga cara makan Nabi yang mengangkat kaki kanannya
ternyata bisa mencegah penyakit esalfagitis dan deskritis.
yang positif untuk kesehatan. “Artinya, untuk hidup sehat tidak perlu pendapat dokter atau profesor, karena
dengan menjalankan sunnah-sunnah Rasul kita akan hidup sehat,” ujarnya.
Semarang ini mulai yakin bahwa pengobatan Tibun Nabawi ini adalah solusi tepat bagi kesehatan umat Islam.
Tibun Nabawi dengan mendirikan Klinik Sehat di Swadarma, Jakarta Selatan.
Pertama,
menangani sikap tauhid pasien agar meyakini bahwa yang memberi penyakit dan menyembuhkannya
adalah Allah Swt., bukan obat atau dokter.
Kedua,
menanamkan keikhlasan kepada pasien bahwa sakit adalah proses diangkatnya dosa-dosa yang pernah
diperbuat. Ketiga,
melaksanakan sunnah Rasul ketika menjenguk orang sakit dengan memegang bagian yang sakit dan
mengucapkan doa kesembuhan untuknya.
Tahap pengobatan pasien dilakukan dengan menangani akidah, membenahi akhlak, menghidupkan sunnah,
terapi jus dan pengobatan herbal. “Jika ada penyakit yang harus ditangani dengan obat kimia, usahakan
menggunakan obat yang tidak haram,” ujarnya.
Sehat (RTS) di seluruh Indonesia. Animo masyarakat terhadap layanan kesehatan berbasis Tibun Nabawi
cukup tinggi. Pasiennya datang dari berbagai level pendidikan dan strata sosial.
layanan kesehatan yang Islami. Karena pada dasarnya pengobatan kimia hanya dikembangkan oleh kalangan
Yahudi dan Nasrani untuk kepentingan mereka.
Untuk mengatasi hal ini, Dokter Agus mengumpulkan berbagai macam data yang relevan atas pengobatan Tibun
Nabawi. Dari sana ia membuktikan data yang bisa diterima masyarakat.
Teknik ketimbang Fakultas Kedokteran. Tapi karena menuruti saran
orang tuanya, ia pun masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro (Undip) tahun 1979. “Kamu nanti tak hanya untung di dunia
tapi juga di akhirat,”
pesan sang ibu kala itu.
depannya sebagai dokter. Dalam hati ia sudah berjanji akan menggunakan ilmu kedokterannya untuk
menolong orang lain sebisa mungkin.
terpencil di Longkiran, Kalimantan Timur. Wilayah Kalimantan Timur memang bukan medan yang mudah
ditaklukkan. Untuk mencapai lokasinya, Dokter Ali harus berjuang menaklukkan luasnya samudra menggunakan
perahu kecil selama sehari semalam.
macam penyakit. Ia mengaku banyak belajar dari proses pengabdiannya. Dan yang paling penting, ia
menemukan beberapa kasus penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan cara medis.
segala penyakit bisa ditangani secara medis.
tradisional atau obat alami. “Saya mulai sadar, kesembuhan itu tidak datang dari obat atau manusia, tapi dari Allah,
” ujar penemu Formula Propoten ini.
akupunktur dan Tibun Nabawi. Ali pun mulai belajar akupunktur untuk menangani berbagai macam penyakit
saraf seperti nyeri dan
stroke. Ia juga belajar pengobatan tradisional yang lebih banyak memanfaatkan tanaman obat seperti jahe,
temu lawak dan lain-lain. Tak ketinggalan, ia juga belajar Tibun Nabawi dari Kitab Tibun Nabawi karangan
Ibnu Qoyim al-Jauzi dan beberapa referensi lainnya.
ketika merasakan radang tenggorokan saat bulan puasa, ia tidak lagi minum obat anti biotik namun minum
ramuan alami yang terbuat dari wedang jahe.
penyakit lain. Bahkan ia juga mulai mengatur pola makan dan memperbaiki cara wudhunya sebagaimana
diajarkan oleh Rasulullah Saw. Di balik syariat Islam tersebut ternyata terkandung hikmah kesehatan yang luar
biasanya bagi tubuh manusia.
peningkatan kesehatan tubuh. Jika dikaitkan dengan ilmu Tibun Nabawi dan akupunktur: muka, tangan,
kepala, telinga, dan kaki memiliki titik-titik refleksi yang akan berpengaruh pada kesehatan. “Cara sederhana
yang bisa dilakukan adalah berwudhu secara khusyu’, memijat semua bagian yang harus dibasuh air dengan
pelan dan teliti,” jelasnya.
Pertama,
berwudhu dengan sungguh-sungguh, yaitu memijat setiap bagian yang akan dibasuh air.
Kedua,
memperbaiki konsumsi air setiap hari, yaitu 30 cc per kilogram berat badan per hari. “Jika berat badannya 80 kg,
dikalikan 30, maka air yang diminum 2.400 cc atau sekitar 10 gelas,” ujarnya.
Ketiga,
dengan shalat khusyu’ tuma’ninah (tidak tergesa-gesa) karena beberapa gerakan dalam shalat terbukti memiliki
pengaruh tersendiri bagi kesehatan manusia. “Asalkan tidak melaksanakan shalat dengan tergesa-gesa hal ini
menjadi manfaat meditasi yang luar biasa bagi kesehatan tubuh,” ujarnya.
obat herbal memanfaatkan kekayaan alam di Indonesia. Dengan dasar ilmu kedokteran yang dimiliki, ia nyaris
tidak mengalami kesulitan untuk mengembangkannya.
obat herbal dengan ilmu kedokteran,” ujarnya.
kedokteran, maka pada tahun 2005 Dokter Ali mendirikan Klinik Sehat Afiat di Cinere dan Ciputat, serta
mengawasi dua klinik herbal di
Serpong dan Pondok Kopi.
pengobatan Tibun
Nabawi semakin besar, dari kalangan atas sampai bawah. Untuk itu, ia mengimbau kepada praktisi
Tibun Nabawi agar sama-sama menjaga metode pengobatan Nabi dengan menerapkan disiplin ilmu yang utuh.
Di sisi lain, dukungan pemerintah juga sangat diperlukan untuk mengembangkan pengobatan Islami dan alami
sehingga menjadi salah satu solusi pengobatan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi Pengunjung SYIFA Al-FITHRAH yang ingin bertanya, berkomentar, atau memberikan testimoni, silahkan menuliskannya di kolom bawah ini. Terima kasih ^_^