MURAH TAPI PASIEN HARUS SABAR Kehadiran poliklinik ini sungguh menguntungkan. Masyarakat jadi punya pilihan untuk berobat. Selain harga obat tradisional lebih murah, khasiatnya pun manjur. "Kehadiran obat tradisional di sini untuk melengkapi obat modern," ujar kepala poliklinik. ![]() Saat ini, obat tradisional sudah menduduki tempat terhormat. Terbukti, di Rumah Sakit (RS) Dr. Soetomo, Surabaya (rumah sakit terbesar di Indonesia Timur), sudah berdiri poliklinik obat tradisional (POT). "Bahkan untuk ke depan, di rumah sakit ini istilahnya berdiri sistem dua pintu. Artinya ketika pasien datang berobat, setelah dilakukan diagnosis serta diketahui penyakitnya, si pasien akan ditawari, apakah akan memanfaatkan pengobatan tradisional atau pengobatan modern," kata dr. H. Arijanto Jonosewojo, SpPD, kepala poliklinik pengobatan tradisonal kepada NOVA, Jumat awal November lalu. Menurut dokter yang juga berpraktik di bagian penyakit dalam ini, POT semakin mendapat kepercayaan dari masyarakat. Saat ini, sudah cukup banyak pasien yang minta obat tradisional untuk menyembuhkan sakitnya. Dikatakan Arijanto, ide untuk memanfaatkan obat warisan nenek moyang ini, merupakan gagasan dari mantan Menteri Kesehatan Faried Anfasa Moeloek pada tahun 1998. Saat itu Menkes berharap agar obat-obatan tradisonal menjadi tuan rumah di negeri sendiri, serta menjadi tamu terhormat di mancanegara. Secara kebetulan tak lama setelah gagasan itu, terjadilah krisis ekonomi. Obat-obatan modern harganya sangat mahal sehingga sulit terjangkau kalangan masyarakat menengah kebawah. "Maka tahun 1999 resmilah berdiri poli obat tradisional ini," ujar Arijanto sambil menegaskan dengan dibukanya POT, RS. Dr. Soetomo menjadi RS pemerintah pertama yang membuka pelayanan obat tradisonal di Indonesia. KEJAR KETINGGALAN Awalnya, POT tidak berjalan dengan mulus. Tak sedikit para dokter melakukan "perlawanan". Mereka menganggap obat tradisonal tidak ilmiah karena belum teruji secara klinis. Padahal, anggapan itu tidaklah benar. "Jauh sebelumnya, teman-teman di farmasi sudah melakukan penelitian, misalnya manfaat, jahe, temulawak, daun sambiloto dan sebagainya. Namun, hasil penelitian itu tidak diketahui oleh para dokter," kata Arijanto. Sejak itu, pakar dari farmasi, kedokteran, serta ahli obat tradisional melakukan penelitian bersama. Perintisnya antara lain Prof. Yusuf Baraba, Prof. Putu Gde Konten, Prof. Sutardjadi, dan masih banyak lagi. Koordinasi di antara para dokter dan ahli farmasi pun semakin terjalin baik setelah pada tahun 2000 diadakan kongres obat tradisonal pertama di Surabaya. "Akhirnya semakin ada kesamaan pandangan tentang pengobatan tradisonal," kata Arijanto.Yang menggembirakan Arijanto, dalam waktu dekat ini, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, membuka jurusan obat tradisional dengan jenjang Diploma 3. "Jadi untuk ke depan, pengobatan akan semakin berkembang dengan baik, karena sudah mendapat pengakuan dari pemerintah," tambahnya. Upaya ini sekaligus mengejar ketinggalan kita dengan negara tetangga. Menurut Arijanto, Indonesia jauh tertinggal dari negara lain. Misalnya Malaysia, Singapura, Thailand, India, Amerika, dan yang paling berkembang di dunia adalah Jerman. "Bayangkan, kurang modern apa perkembangan teknologi kedokteran modern di Jerman. Namun, rumah sakit di sana mengembangkan teknologi pengobatan tradisional," jelas Arijanto. Namun, Arijanto menegaskan, dalam hal diagnosis penyakit pasien, pihaknya tetap menggunakan sarana teknologi kedokteran modern, misalnya hasil laboratorium atau rontgen. "Sama dengan pengobatan modern, yang terpenting dalam pengobatan tradisional juga harus mengetahui secara jelas sakit pasien melalaui diagnosis awal." Obat tradisional, kata Arijanto, juga sama dengan obat modern bahwa ada jamu-jamu tertentu yang sifatnya hanya menghilangkan rasa sakit, tapi tidak bisa mengobati sumber sakitnya. "Makanya fungsi diagnosis sangat penting bagi kami, agar pengobatan itu bisa tepat sasaran," tegas Arijanto. Sumber: TABLOID NOVA |
Poliklinik Obat Tradisional RS. Dr. Soetomo Surabaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi Pengunjung SYIFA Al-FITHRAH yang ingin bertanya, berkomentar, atau memberikan testimoni, silahkan menuliskannya di kolom bawah ini. Terima kasih ^_^